Kunjungan saya di Telaga Sarangan dalam sebuah liburan bersama teman, liburan kali ini lebih banyak mengikuti jadwal yang sudah diatur. Sesuai dengan schedule, hari minggu pagi tanggal 26 januari 2014 kami akan menuju Air Terjun Tirtosari yang lokasinya sekitar 3 km dari Telaga Sarangan. Berhubung Lokasinya yang tidak terlalu jauh maka kami memutuskan untuk berjalan kaki sambil olahraga pagi.
Semua diharapkan berkumpul di depan hotel sesuai dengan waktu yang ditentukan, namun pada akhirnya beberapa teman terlambat termasuk saya sendiri dan teman lainnya. Bak gayung bersambut membuat pembimbing melampiaskan kemarahannya atas kelakuan kami yang tak menghargai waktu. Ada benarnya juga, dimana kami harus memperhatikan hal-hal yang kecil.
Perjalanan dimulai dengan kami berjalan beriringan menuju lokasi air terjun, dimana lokasinya berada di sebelah barat daya Telaga Sarangan, untuk menemukannya sangat mudah dimana di depan pintu gerbang masuk terdapat tugu pesawat tempur lengkap dengan pesawat tempurnya. Melalui pintu masuk hanya dengan melemparkan senyum dan lambaian tangan ke penjaga karcis karena semua karcis sudah dibayarkan jadinya kami hanya lewat saja. Harga tiket masuknya Rp. 7.000,-/orang.
Pemandangan yang Terlihat Menuju Air Terjun Tirtosari
Melewati pintu gerbang terdapat dua jalur, jalur pejalan kaki dan jalur kendaran bermotor. Pengunjung yang punya kendaraan bisa memilih jalur pertama sampai di desa terakhir kemudian melanjutkan jalan kaki sekitar 1 km. Kami meimilih jalur kedua sesuai dengan kesepakatan awal kami ingin berjalan kaki maka kami lebih memilih jalan setapak yang diperuntukkan untuk pejalan kaki. Menyusuri jalan setapak permanent dimana pemandangan yang disuguhkan sangat indah memanjakan mata kepada setiap orang yang melihatnya. Saya sangat menikmati setiap langkah demi langkah menyusuri perbukitan ditemani pemandangan sawah yang tersusun dengan rapi dan sesekali kabut tipis berseliweran, sungguh pemandangan yang hanya bisa di dapatkan di Sarangan. Terlihat sebuah desa yang terletak di sebuah lembah yang diapit oleh dua buah gunung. Betapa beruntungnya masyarakat yang tinggal disini dimana setiap hari bisa menikmati udara segar dan pemandangan nan elok setiap pagi, kontras dengan kehidupan di perkotaan yang penuh dengan kemacetan dan kesemrawutan.
Hampir setiap sudut yang kami lewati seakan menarik kami untuk mengabadikannya dengan foto kebersamaan.Seperti semut menemukan gula, ibaratnya dengan beberapa teman saya dimana jika sudah melihat kamera makan dalam hitungan detik semua sudah berkumpul untuk dijadikan model jepretan.
Jalan setapak yang kami tempuh itu panjangnya 3 km dan normalnya bisa ditempuh sekitar 45 menit, namun perjalanan kami berbeda, rasa capek menyusuri perbukitan membuat kami ngos – ngosan tapi rasa itu seketika hilang ketika melihat panorama keindahan sambil menghirup udara segar. Tak ayal lama perjalanan kami sekitar 1 jam lebih karena harus menuruni perbukitan sehingga terkadang harus melewati penanjakan yang membuat kami berhenti untuk istirahat.
Setiap perjalanan itu harus dinikmati, bukan hanya bagaimana mencapai tujuan destinasinya
Foto Bersama Sambil Berjalan Menyusuri Jalan Setapak
Bendungan Aliran Air Terjun Tirtosari
Air Terjun Tirtosari memiliki ketinggian air terjun sekitar 50 meter, airnya dingin karena lokasinya berada di ketinggian 1200 mdpl. Ada cerita yang berkembang, jika kita membasuh muka dengan air dari air terjun maka bisa membuat kita akan awet muda dan tampak cantik bagi wanita.
ADVERTISEMENTS
Tiba di lokasi air terjun membuat saya sedikit kecewa karena apa yang saya lihat jauh dari harapan. Pemandangan sepanjang jalan masih lebih indah jika dibanding Air Terjun Tirtosari, kenapa saya mengatakan hal itu karena Air Terjun Tirtosari sudah mengalami proses pemugaran dan dibangun jalan bertingkat sehingga terlihat seperti bendungan. Air terjunnya memang bertingkat tapi itu tidak terbentuk secara alami sehingga saya merasa kurang puas. Niat awalnya untuk mandi saya urungkan dan lebih memilih berdiam sejenak dan mengambil beberapa jepretan lewat kamera. Saya juga lebih memilih menikmati segelas teh dan gorengan di sebuah warung dekat dari lokasi air terjun.
Memilih menikmati keindahan dengan cara saya sendiri karena persepsi keindahan tergantung cara kita menikmatinya.