Jelajah Sejarah Istana Air Tamansari Jogjakarta

Hari ini hari minggu tepatnya 28 oktober 2013 atau hari terakhir kunjungan saya di Jogja. Saya masih mengumpulkan puing-puing semangat dan tenaga di atas tempat tidur yang membuat saya terlelap sejak semalam. Hawa panas di Candi Borobudur, aroma ketenangan di Kalisuci dan dinginnya malam Jogja di alun-alun membuat tenaga saya sedikit terkuras. Aktivitas yang begitu padat sejak kemarin membuat saya malas beranjak. Ajakan teman untuk ikut sunmor (sunday morning) di UGM saya tolak dan lebih memilih stay di kamar.

Sebelum berkunjung ke Jogja ada satu keinginan terpendam dimana saya ingin berkunjung Mesjid bawah tanah yang ada di Tamansari. Tayangan nekad traveller di salah tv swasta yang mana Nila tanzil dan Gofar sewaktu di Jogja sempat berkunjung ke Mesjid bawah tanah dan seketika juga saya mengucap janji dalam hati, jika suatu saat saya berkunjung ke Jogja, saya harus kesana.
 
Sebelum check out dari hotel, saya mengajak beberapa teman tapi ternyata tak ada yang tertarik dengan ajakanku. Berjalan keluar dari hotel sambil memikirkan jenis transportasi apa yang paling efektif dan tentunya murah ke Tamansari. Terlihat deretan becak terparkir depan hotel seketika ide cemerlang pun muncul, kenapa tidak saya carter becak saja, pikirku.  Mendekati pak tua yang berdiri disamping becaknya.

Pak, kalau ke Taman sari berapa yah ” tanyaku secara halus dan sopan
Diantar saja atau ditungu, mas ” Jawabnya sambil berharap
Ditungguin pak, pulang pergi ” jawabku secara spontan
oh begitu yah mas, 50.000 ribu saja ” pintanya secara spontan juga dan berharap saya setuju.
Setelah terjadi proses tawar menawar, tapi ujung-ujungnya saya mengalah juga. Saya pun deal dengan tawarannya. sebuah becak dengan penggerak ganda mengantarkan saya menuju Tamansari. Melewati kawasan malioboro dan melintasi depan kraton jogja, hari ini lalu lintas agak lowong yang terlihat hanya becak dan beberapa orang berjalan. Tak terasa saya sudah tiba di Tamansari.

ADVERTISEMENTS
Sebelum masuk jangan lupa beli tiket di loket, karcisnya 5.000/orang. Setelah itu berikan tiketnya di petugas penjaga di gerbang masuk, disini banyak yang nawarin jasa guide tapi saya hanya berjalan dan mengabaikannya. Setelah masuk kita akan melihat sebuah kolam, ternyata inilah salah satu daya tarik pengunjung datang kesini.

Ukiran Gerbang Masuk Tamansari
Denah Tamansari  (culturaldestination.blogspot.com)
” Istana Air Taman Sari adalah suatu kompleks istana yang sebenarnya terdiri dari beberapa bangunan (tidak semua bangunan ini berada di dalam air) dan lokasinya masih di dalam lingkungan Keraton Ngayogyakarta. Taman Sari – Yogyakarta yang tidak hanya sekedar Taman tempat rekreasi keluarga kerajaan pada zaman itu, namun mempunyai berbagai fungsi diantaranya sebagai Camouflage area terhadap musuh-musuhnya, dan merupakan suatu sistem benteng pertahanan, selain itu juga sebagai tempat meditasi bagi Raja, tempat membuat batik yang dilakukan oleh selir-selir Raja dan putri-putri Raja, tempat berlatih kemiliteran bagi tentara kerajaan dan masih ada lagi ” (Sumber : wikipedia)

Berhubung saya agak kesulitan untuk dapatkan informasi detail tentang sejarah Tamansari, akhirnya ketemu guide, namanya saya lupa tapi orangnya baik banget, menguasai bahasa asing dan lebih penting dia juga tau spot-spot untuk ambil gambar.
Beliau menjelaskan secara terperinci, sekedar untuk diketahui bahwa tempat ini dijadikan sebagai sarana rekreasi bagi sultan dan keluarganya. Terlihat sebuah menara tinggi, dari situlah sultan melemparkan bunga kepada istri-istrinya yang sedang mandi di kolam. Istri yang beruntung dengan mendapatkan bunga tersebut maka dia terpilih akan menemani malamnya sultan. Istri yang terpilih akan pindah di kolam sebelah dan mandi bersama dengan sultan. informasi itu yang saya dapatkan dari guide. Kunjungan saya kali ini tidak beruntung, karena kolamnya lagi mengering karena lagi proses pembersihan. sungguh sangat disayangkan padahal ini hari minggu, kenapa harus dikuras diwaktu high season. tak apalah, ambil hikmahnya saja.

Menara dan Kolam Pemandian Istri Sultan

Kolam Pemandian Untuk Anak-anaknya

Sekarang lanjut menuju mesjid bawah tanah, mengikuti langkah kaki si bapak sambil menjelaskan setiap apapun yang saya tanyakan bahkan hal-hal yang saya tidak tanyakan pun dia jelaskan juga. Tamansari sekarang sudah menyatu dengan pemukiman tapi yang tinggal disini adalah abdi dalam, dimana orang-orang yang mengabdikan dirinya untuk sultan. Menurutnya menjadi seorang abdi dalam adalah suatu kebanggan mereka, mengabdikan diri tanpa mengharap adanya imbalan, tapi seorang sultan tetap memberikan imbalan tapi tidak punya nilai yang ditentukan atau seikhlasnya saja.

Tak terasa tiba di kawasan mesjid bawah tanah, terlihat dari luar hanya seperti gedung tua biasa. saya pun melangkah turun melewati tangga sambil mengikuti bapak tadi. Mesjid bawah tanah ada dua lantai, lantai 1 untuk para lelaki dan lantai 2 untuk para perempuan. Terdapat tangga penghubung dibagian tengah dan dibawah tangga itu terdapat tempat wudhu. Ada lagi yang penting untuk diketahui bahwa orang dulu tidak menggunakan pengeras suara, tapi mereka lebih cerdas dimana bangunannya ini akan menggemakan suara kita, jadi kita dapat mendengar suara orang di ujung begitupun sebaliknya

Lorong Masuk Mesjid Bawah Tanah
Tangga penghubung ke Lantai 2 (abaikan yang baju merah)
Kondisi Lorong Lantai Wawah Tanah

Sekarang lanjut ke Istana air, tapi istana air sudah tak terawat. Atapnya tidak menggunakan sebuah rangka, hanya susunan beton yang melengkung dan membentuk sebuah atap tapi kekuatannya tak perlu diragukan lagi. Gedungnya sudah banyak yang runtuh bahkan waktu tragedi gempa Jogja beberapa tahun silam, ada beberapa bagian gedung runtuh dan menimpa sebuah rumah sekitaran istana. Semakin tua semakin diminati, mungkin seperti itulah kata yang tepat untuk istana air. Banyak penggila photography sering berkunjung kesini, terbukti sewaktu saya disana, terlihat dua orang wanita cantik diberondong kamera oleh para photographer.

Berhubung waktu kunjungan saya terbatas karena memang harus kembali ke hotel sebelum jam 11 jadinya waktu kunjungan saya terbatas, sebelum balik si bapak tadi juga mengajak saya ke galeri batiknya. Beliau menjelaskan ciri khas batik jogja dan memperlihatkan hasil karya dari galerinya. Sungguh luar biasa kreatifitasnya, saya tak bisa membayangkan bagaiamana proses pembuatannya hingga bisa menjadi sebuah karya seni lukis yang luar biasa.

Istana Air Tamansari
Lukisan tangan di Galeri Butik Tamansari

Sebelum balik saya mengucapkan rasa terima kasih atas pelayanan dan mengantar saya mengelilingi Tamansari. oiya, untuk guide jangan lupa berikan uang terima kasih. Sebenaranya tak ada nilai nominal yang ditentukan, semuanya tergantung dari keiklhasan pengunjung.

Perjalanan yang mengajarakan saya sebuah sejarah masa lalu Jogjakarta. Berhubung kunjungan saya kali ini yang kurang beruntung karena kolam sedang dalam proses dibersihkan, maka akan saya jadikan alasan untuk berkunjung lagi ke Jogja dan berkunjung kembali ke Tamansari. 

Lets Travel to experience the beauty of indonesia
@indonesianholic
www.indonesianholic.com

Scroll to Top