Sedikit cerita, perjalanan liburan backpacking menyusuri tempat wisata di Toraja kali ini sebenarnya sempat membuat saya galau. Walau sebagai orang Makassar, saya belum pernah mengunjunginya. Padahal jarak kota Makassar — Toraja hanya 400 km atau sekitar 8 jam perjalanan naik bus. Apalagi bus Makassar — Toraja itu sebenarnya bus paling bagus dan nyaman. Hal ini diaminkan juga oleh teman-teman backpacker yang sudah pernah naik.
Hingga akhirnya setelah liburan Idul Fitri, kesempatan itu datang. Apalagi saat itu saya sedang pulang ke Sidrap, sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang berada di tengah-tengah antara Makassar dan Toraja. Bila dari Sidrap, saya hanya membutuhkan waktu 3 jam untuk sampai di Makale, perbatasan Enrekang sebagai pintu masuk ke Tana Toraja. Saya pun memilih menggunakan motor.
Perjalanan menuju Tana Toraja
Hari itu hari Jumat, saya meninggalkan Kota Rappang dengan motor Jupiter Z sekitar pukul 7.30 pagi, agar tiba sebelum pukul 12 siang di Kota Makale, Tana Toraja. Rencananya saya ingin melaksanakan Sholat Jumat di Mesjid Agung yang ada di Kota Makale.
Pemandangan menuju Toraja begitu memanjakan mata. Kita bisa melihat pegunungan di sisi kiri dan kanan jalan. Terlebih saat memasuki Kabupaten Enrekang yang dikenal sebagai tanah tertinggi di Pulau Sulawesi. Di sana terdapat Gunung Latimojong dengan ketinggian 3.680 mdpl. Di sini, saya menyempatkan istirahat disini.
Salah satu titik di Enrekang yang kerap dijadikan rest point adalah Buntu Kabobong atau Gunung Nona. Disebut demikian karena bentuk gunung ini bila dilihat seperti kemaluan wanita. Tepat di seberang jalan, kita bisa melihat Gunung Bambapuang, dan bila dilihat sore hari, terjadi perpaduan bayangan antara Gunung Nona dan Gunung Bambapuang layakanya sepasang kekasih yang sedang memadu cinta.
Setelah merasa cukup puas, perjalanan pun dilanjutkan menuju Toraja. Perjalanan berbelok-belok dan jalanan naik turun membuat adrenalin saya cukup terpacu untuk melajukan motor lebih kencang ibarat berada di jalur sirkuit.
Tak lama berselang saya dikagetkan dengan gapura rumah tongkonan di atas jalan. Ternyata saya sudah memasuki area perbatasan. Menghentikan motor sejenak dan mengabadikan beberapa gambar.
Tempat wisata di Toraja
Selama 2 hari 1 malam, saya menyusuri beberapa destinasi tempat wisata di Toraja yang sudah saya kunjungi berdasarkan pengalaman sendiri. Dimulai dari Kota Makale hingga ke negeri di atas awan, Batutumonga.
-
Baby Grave Kambira
Keunikan budaya Toraja adalah perlakuan mereka akan kematian. Inilah Baby Grave “Kambira”, sebuah tempat pemakaman bayi yang dimakamkan didalam sebuah batang pohon. Seorang bayi yang meninggal sebelum tumbuh gigi susunya, akan dimakamkan di Pohon Tarra’. Masyarakat percaya bahwa Pohon Tarra ini dapat ‘menyusui’ bayi tersebut karena dikenal kaya akan getah.
Dari pintu masuk, tinggal berjalan menuruni tangga sekitar 1o meter sudah terlihat sebuah pohon besar dengan makam-makam bayi yang sudah tertutupi oleh ijuk.
Harga tiket masuk: sekitar Rp 5.000,-
-
Suaya
Suaya adalah kompleks pemakaman untuk para bangsawan Sangalla. Kuburannya berada di dinding tebing batu yang dipahat membentuk sebuah lubang. Dalam budaya Masyarakat Toraja, semakin tinggi letak makam, menandakan semakin tinggi pula derajat kebangsawanannya. Di makam ini terdapat juga Tau-Tau (patung) yang disimpan berdiri di tebing.
Jarak makam tebing Suaya ini dari Kambira sangat dekat, jadi bisa sekaligus. Tinggal menyusuri jalan lurus saja sebenarnya, namun patokan atau tanda lokasi kurang jelas.
Harga tiket masuk: sekitar Rp 5.000,-
-
Tilanga
Masih belum banyak yang mengetahui tempat ini. Saya sendiri penasaran karena cerita mistis yang berhubungan dengan tempat ini. Masyarakat setempat mengenalnya dengan nama Tilanga.
Tilanga adalah sebuah kolam dengan air jernih berwarna kebiruan. Di dalam kolam tersebut katanya terdapat Moa, belut berkuping atau disebut Masapi. Airnya sangat jernih hingga kita bisa melihat dasar kolamnya. Menurut teman saya, jika kita bisa melihat Masapi keluar maka kita termasuk orang yang beruntung.
Sebenarnya tak banyak yang bisa kita lihat di sini kecuali kolam tersebut. Namun tempatnya menurut saya sangat tenang, adem, dan sejuk. Mitosnya, Masapi ini bisa keluar bila dipanggil oleh seorang gadis dengan memukul-mukul jarinya ke air dan ‘memancingnya’ dengan sebutir telur.
Harga tiket masuk: sekitar Rp 10.000,-
-
Lemo
Seperti kebanyakan makam di Tana Toraja, Lemo juga merupakan salah satu lokasi makam dinding yang cukup terkenal. Selain lubang-lubang makan di dinding, terdapat juga Tau-tau yang menandakan kebangsawanan.
Dari parkiran, kita cukup berjalan kaki menyusuri tangga dan pematang sawah. Waktu kunjungan saya ke sana, terdapat 2 buah tongkonan kecil yang biasanya digunakan saat upacara pemakaman.
Harga tiket masuk: sekitar Rp 5.000,-
-
Londa
Lokasinya tak jauh dari Lemo. Komplek pekuburan Londa ini sudah cukup terkenal dikalangan wisatawan yang ingin berkunjung. Londa sendiri menawarkan pengunjungnya untuk menyusuri goa yang di dalamnya terdapat banyak peti mati dan tulang belulang yang diletakkan begitu saja.
Agak berbeda di tempat ini, saya mendapatkan penjelasan dari guide yang menemani saya. Di bagian luar, selain makam tebing, dan Tau-tau, terdapat juga banyak peti mati yang digantung yang kondisinya sudah lapuk dimakan usia.
Selanjutnya, bapak itu menemani kami masuk untuk menyusuri goa. Nyali saya sedikit teruji saat memasuki pintu goa, melihat tengkorak dan tulang-belulang lainnya di kiri kanan. Di dalam saya juga melihat banyak uang receh, rokok, yang diletakkan persis di samping peti mati. Ada pakaian-pakaian, konon merupakan pakaian kesukaan orang yang meninggal saat hidup dulu.
Satu yang menjadi pusat perhatian juga adalah sepasang tengkorak yang diletakkan berdampingan. Ceritanya, mereka adalah pasangan kekasih yang tak direstui karena masih memiliki hubungan darah (sepupu). Mereka akhirnya memilih jalan bunuh diri agar bisa bersatu di alam selanjutnya.
Harga tiket masuk: sekitar Rp 10.000,-
Sewa lampu petromak + tips guide = Rp 50.000,- -
Lokomata
Jalan sempit dan berkelok-kelok, disertai pemandangan berupa area persawahan bertingkat-tingkat atau terasering khas Toraja menemani perjalanan saya dari Batutumonga menuju Lokomata, salah satu tempat wisata di Toraja yang akan saya datangi berikutnya.
Perjalanan kamu pun terhenti ketika melewati gerbang dimana bertuliskan Lokomata. Saya kemudian mengarahkan pandangan ke sekeliling area hingga melihat sebuah batu bulat besar, bak sebuah kapal angkasa. “Inilah Lokomata”, pikirku.
Sebuah batu besar yang dilubangi menjadi sebuah ‘komplek’ makam yang menjadi budaya masyarakat Toraja. Selain itu di depannya terdapat juga beberapa miniatur tongkonan. Sembari melihat-lihat, sahabat yang menemani perjalanan saya — Tandik — tetap dengan setiap memberi penjelasan.
-
Bori
Kawasan wisata Bori ini cukup berbeda dengan makam-makam lain yang saya temui. Di sini kita bisa melihat Batu Menhir raksasa memanjang ke atas dan ditancapkan ke tanah. Saya berjalan menyusuri sekeliling tempat ini karena memang tidak terlalu luas dan mengambil beberapa gambar untuk dijadikan sebagai kenangan.
Harga tiket masuk: sekitar Rp 5.000,-
-
Kete Kesu
Kete Kesu merupakan salah satu tempat wisata di Toraja yang paling sering dikunjungi. Jaraknya pun tak begitu jauh dari Kota Rantepao. Kete Kesu boleh dibilang cukup lengkap, ada Tongkonan, juga makam tebing dan goa.
Baca ceritanya: Kete Kesu, Destinasi Wajib di Toraja.
Harga tiket masuk: sekitar Rp 10.000,-
-
Batutumonga
Tana Toraja begitu identik dengan kuburan dan upacara kematian. Tapi tidak bila kamu berkunjung ke Batutumonga yang menawarkan keindahan yang begitu menakjubkan. Melihat keindahan Tana Toraja dari ketinggian.
Batutumonga ibarat negeri di atas awan. Waktu yang ditunggu-tunggu adalah ketika pagi hari, saat matahari terbit dimana kita bisa melihat lautan awan yang begitu menawan. Saya jatuh cinta di tempat ini.
Baca cerita perjalanan saya: Batutumonga, bak Negeri di atas awan
Selain daftar diatas, saya juga sempat mengunjungi Pasar Bolu, Singki dan berhenti di Kota Rantepao. Pasar Bolu waktu itu cukup sepi, karena memang bukan jadwal pasar. Saya merasa sungguh luar biasa bisa berkunjung ke Tana Toraja. Melihat bahwa begitu besarnya pengorbanan masyarakat Toraja tentang sebuah kematian. Kearifan lokal yang sampai saat ini masih dipegang teguh dan tetap dipertahankan.
***
Kalau teman-teman ingin mengunjungi Tana Toraja, berikut sudah saya tuliskan panduan dan tips backpacking ke Tana Toraja.